Selasa, 01 Desember 2009

Iran

Iran memiliki andil besar dalam penyebaran Islam dan pengembangan budaya Islam. Perluasan wilayah Islam seperti ke Asia Tengah, India, Afghanistan, dan Cina bergantung pada peran bangsa Iran. Salah satu negara terbesar di Teiuk Persia adalah Iran. Negara republik ini merupakan negara teokrasi terbesar di dunia dan pusat utama Islam Syiah. Di masa silam, Iran yang lebih dikenal dengan nama Persia menjadi saksi sejarah jatuh bangunnya sejumlah peradaban besar, seperti Medes, Persia, dan Yunani. Pada abad ke-7, negeri ini dimasuki bangsa Arab yang memperkenalkan Islam. Di masa Safawi, Islam Iran menjadi Syiah yang berlangsung hingga saat ini. Pada 1908, ladang minyak ditemukan di Iran dan membuat negara itu lalu berkembang pesat. Di sana mulai tumbuh perusahaan minyak internasional yang mempengaruhi kehidupan rakyat Iran menjadi negara modern. Pada 1979, terjadi revolusi Islam di Iran yang menggulingkan pimpinan Iran, Syah Mohammad Reza Pahlevi, dari kekuasaannya. Revolusi ini digerakkan oleh Islam Syiah di bawah pimpinan Ayatullah Khomeini.

SEJARAH BANGSA IRAN

Bangsa Iran adalah keturunan bangsa Arya. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa sejak tahun 2000 SM, suku Fars, sebuah suku dari bangsa Arya yang merupakan ras Indo-Eropa, telah menetap di selatan Iran. Kemudian pada 1000 SM, datang pula suku Media (Medes), juga beiasal dari bangsa Arya, menetap di wiayah utara Iran, dan mulai mendirikan kekaisaran. Kini di Iran terdapat dari 65 juta penduduk. Rakyat Iran dari bermacam etnis, seperti Persia merupakan mayoritas, Azeri, Gilaki, Mazandarani, Kurdi, Arab, Lur, Baloch, dan Turkmenia.

Islam masuk ke wilayah Iran, yang saat itu masih merupakan Kekaisaran Persia, meialui Perang Qadisiyyah, pada tahun 637. Kaum muslim waktu itu dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian pada 641, kaum muslim berhasil menaklukkan seluruh Kekaisaran Persia meialui Perang Nihawan, dan mengislamkan seluruh penduduknya. Pada masa Dinasti Abbasiyah, seluruh wilayah Persia juga masuk ke dalam kekuasaannya. Namun sejak 820, muncul dinasti-dinasti kecil maupun besar di wilayah Persia yang bergantian menguasai wilayah itu, seperti Dinasti Samanid, Gaznawi, dan Seljuk.

AGAMA DAN BAHASA

Sebagian besar kaum muslim Iran menganut Islam Syiah. Persentase kaum muslim Syiah sangat besar dan dominan di negara tersebut (89%).Adapun sisanya merupakan penganut Islam Suni yang berjumlah 10% dari total penduduk Iran, dan lainnya (1%) adalah pemeluk agama Yahudi, Zoroaster, Kristen, dan Baha'i. Bahasa resmi Iran adalah bahasa Persia yang digunakan oleh 58% rakyat Iran. Bahasa lain yang dipakai untuk berkomunikasi antara lain bahasa Turki, bahasa Kurdi, Luri, Balochi, dan Arab.

ANDIL BAGI ISLAM

Iran memiliki andil besar dalam penyebaran Islam dan pengembangan budaya Islam. Perluasan wilayah Islam seperti ke Asia Tengah, India, Afghanistan, dan Cina bergantung pada peran bangsa Iran. Hal ini dimungkinkan karena letak Iran yang sangat strategis sebagai gerbang ke belahan dunia Timur. Di bidang kebudayaan Islam, bangsa Iran yang telah mengenal peradaban sebelum bangsa Arab mengenalnya, juga berpengaruh besar. Cendekiawan-cendekiawan Iran cepat beradaptasi dan ikut serta dalam kelompok elite pada masa Abbasiyah. Bahasa Persia juga menjadi bahasa Islam kedua setelah bahasa Arab.

KOTA-KOTA BERSEJARAH DI IRAN

TEHERAN

Teheran merupakan ibu kota Iran. Kota ini juga tidak kalah menariknya dari kota-kota bersejarah di Iran lainnya. Teheran baru dibangun pada abad ke-18 saat pemerintahan Dinasti Qajar. Karena sejak semula merupakan ibu kota Iran, perkembangan kota Teheran, terutama pada masa Dinasti Pahlevi, sangat pesat sehingga saat ini telah menjadi salah satu kota terbesar di Asia.

MASYHAD

Ada beberapa tempat di Iran yang selalu ramai dikunjungi para peziarah, baik dari Iran sendiri maupun negara lain. Salah satunya adalah kota Masyhad, ibu kota Propinsi Khurasan. Di Masyhad terdapat makam AH ar-Rida (Imam Reza), imam ke-8 dalam akidah Syiah Dua Belas Imam. Di sekitar makam tersebut terdapat Masjid Imam Reza yang luas dan indah dengan arsitektur Islam yang bernilai tinggi.

QUM

Salah satu pusat Syiah terkenal di Iran adalah kota Qum. Kota ini merupakan sebuah kota tua dan telah menjadi pusat Syiah sejak dulu, bahkan sekarang menjadi pusat Syiah terbesar di dunia. Di Qum terdapat puluhan lembaga pendidikan agama dan pusat studi Islam yang dikelola oleh tokoh-tokoh agama Iran. Sebagai pusat pendidikan agama, Qum menghasilkan sejumlah tokohbesar antara lain Ayatollah Khameini, Mutahhari, Taba’taba’i. Ali Khameini, dan Rafsanjani

ISFAHAN

Isfahan merupakan salah satu kota penting di Iran. Di kota ini terdapat banyak peninggalan kejayaan Islam, terutama dari masa Dinasti Safawi. Ada sejumlah bangunan bersejarah di Isfahan, seperti Masjid Syah (Masjid Imam), Masjid Syekh Lutfullah, Istana Cehil Sutun, dan Jembatan Khaju. Karena kecantikan kota ini, maka orang Iran sering menyebutnya dengan ungkapan Isfahan nisfejahan, yang berarti "kota separuh dunia".

Menapaki Sejarah Islam di Iran

Pohon-pohon platenau tumbuh di saluran air bersih, jernih dan dingin yang mengalir dari salju abadi di Alborz.

Mendengar Iran, yang terbayang adalah keindahan sebuah negara dengan iklim subtropis lengkap dengan keramahan penduduk dan bangunan sejarah bukti gemilangnya Islam pada abad pertengahan (9-18 Masehi). Namun, ketika tiba di sana, yang terlihat lebih dari itu. Kami mendapati gadis-gadis cantik dengan nasionalisme yang cukup tinggi. Mereka selalu berkata, kami bangga sebagai Persia.


Kunjungan rombongan kami terdiri dari beberapa pengelola biro perjalanan dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam (hasil kerja sama Iran Air, Iran Doostan Tour, PT Apex, serta Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Indonesia) dimulai dari Tehran, ibukota Iran. Kota ini sepintas adalah kota lama. Tower komunikasi mirip menara Kuala Lumpur menyambut kami. Karena kunjungan dilakukan pada musim panas, maka di sepanjang perjalanan, kami menyaksikan sebuah gunung besar kemerahan mengepung Tehran. Itulah Gunung Alborz.


Selama delapan bulan dalam satu tahun, pengunjung dapat berski es di Alborz. Jalan-jalan di Iran adalah jalan yang rindang dengan pohon platenau (mirip pohon maple) di kiri dan kanan jalan. Uniknya, pohon bertubuh tinggi menjulang dan berdaun rindang itu berdiri kokoh di atas saluran air dingin yang jernih dan lancar mengalir.


Istana Pahlevi vs rumah Imam Khomeini

Tujuan pertama kami adalah Museum Istana Pahlevi. Ini adalah saksi kemegahan gaya hidup klan Pahlevi ketika memimpin Persia yang diganti namanya menjadi Iran. Dinasti Reza Shah sempat memimpin Iran pada 1925-1979 dimulai dari Reza Shah (1925-1941) dan kemudian Mohammad Reza yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Reza Pahlevi (1941-1979). Reza Shah mengangkat dirinya sendiri sebagai shah setelah kudeta terhadap dinasti Qajar.

 

Sebelum menuju Istana Pahlevi, kami melewati kawasan elit rumah keluarga kerajaan yang kini kosong. Lokasi permukiman elit ini disebut Saffroniyeh. Rumah-rumah megah itu bila di Jakarta ibarat kawasan Menteng. Istana dinasti Pahlevi terdapat di sebuah bukit seperti Kebun Raya Bogor. Suhunya sejuk dan sekelilingnya hutan platenau. Berdiri paling depan adalah Istana Mohammad Reza atau Reza Pahlevi dan Ratu Farrah Diba. Bangunan berwarna putih ini mirip dengan istana di Jakarta atau di tempat lain. Seluruh barang masih asli dan ketika Pahlevi terusir dari negerinya karena Revolusi Islam Iran, konon tak satupun barang berharga itu sempat ia bawa, termasuk pohon kurma dengan buah dari emas murni.


Ruangan-ruangan di dalam istana terdiri atas ruang tamu, ruang jamuan, ruang makan, kamar tidur raja, kamar tidur ratu, ruang kerja, ruang tunggu dan ada satu ruangan yang mirip dengan ruangan bola biliar yang tampak temaram. Semua ruangan berisikan barang furnitur yang megah dan tak sedikit terbuat dari emas murni. Tirai, kain penutup tempat tidur, gelas, piring didatangkan dari tempat-tempat terbaik di Eropa. Langit-langit ruangan dihias dengan lukisan kepahlawanan Rustam, pahlawan bangsa Persia. Hanya karpet tampaknya yang asli Iran.

''Ini menunjukkan bahwa karpet Iran adalah yang terbaik di dunia karena dari semua barang mahal di sini yang dikoleksi Mohammad Reza dan istrinya Ratu Farah Diba, hanya karpet yang asli Iran,'' kata Saeed Hajihadi, tourleader kami berseloroh. Untuk menunjukkan bahwa ini adalah istana raja, maka gembok dan gagang pintu pun terbuat dari warna emas dan diberi cap kerajaan berupa gambar mahkota.


Dari Istana Mohammad Reza kami harus menaiki bus untuk mencapai istana Reza Shah, ayah Mohammad Reza. Istana Reza Shah berwarna kehijauan. Di depannya ada kolam air mancur besar. Hampir semua bangunan umum dan istana di Iran memiliki kolam pada bagian depan. Keindahan istana dapat tercermin dari kolam besar di depannya.


Untuk memasuki istana, kita harus mengalasi kaki dengan sepatu kain yang disiapkan pengelola museum. Istana Reza Shah jauh lebih artistik dari istana anaknya. Ornamen mozaik dan potongan cermin kecil-kecil berbentuk segi tiga dan segi lima dengan diameter 2,5-5 cm yang disusun sedemikian rupa menampilkan kemegahan hampir di semua ruangan.

Dari istana, kami beranjak makan siang ke kaki Gunung Albroz. Di kawasan ini, banyak restoran terbuka (open air) dan penjual manisan aneka berry di tepi jalan. Gagis-gadis dan anak muda Iran yang berkulit putih, beralis lengkung hitam, dan bermata bagus menghabiskan waktu libur di tempat ini. Mereka berjalan sembari mencicipi manisan berry yang berwarna merah, hitam serta manisan buah lainnya.

Di kaki gunung ini, terdapat cable car untuk melihat pemandangan gunung. Suasana cukup ramai terlebih pada hari libur. Hampir saja kami tak mendapat tempat. Kami sempat singgah di Grand Bazaar membeli pir, cherry, dan plum untuk bekal di perjalanan. Berkebalikan dengan Istana Pahlevi adalah rumah Ayatullah Ruhullah Imam Khomeini. Berada juga di daerah yang berudara dingin, rumah Ayatullah kini juga jadi museum yang dikunjungi banyak wisatawan lokal dan internasional. Hanya sebuah kamar berukuran sekitar 3x4 meter di pojok huseiniyah atau madrasah dan masjid yang hingga kini tampak belum rapi. Di kamar itu terdapat satu buah sofa mungil tempat Ayatullah tidur dan menerima semua tamu kenegaraan. Presiden, perdana menteri, pemimpin agama Katolik dan Kristen Ortodoks pernah berjumpa Khomeini di rumah mungil ini.

Dengan kebersahajaanya, Khomeini telah menjadi pahlawan Iran yang fotonya terpampang di semua tempat baik hotel, kantor pemerintah, dan rumah-rumah penduduk Iran. Di huseiniyah, terdapat podium tempat dulu Ayatullah sering berpidato. Kursi dan meja ditutupi kain putih dan diberi bunga.


Kini, tak satu pun orang berani duduk di situ bahkan para presiden dan pemimpin spiritual Iran. Itu menjadi pertanda bahwa posisi ayatullah di mata rakyat Iran tak tergantikan. Di lantai bawah masjid terdapat perpustakaan dan galeri tempat menyimpan barang dan foto Imam Khomeini selagi hidup.


Sebagai pahlawan yang membebaskan Iran dari tirani klan Pahlevi, maka Imam Khomeini mendapat tempat tersendiri di hati bangsa Iran saat ini. Bahkan, makamnya juga menjadi kompleks yang dikunjungi ratusan ribu warga Iran setiap tahun. Berada di daerah yang panas, city of Rei, makam Imam Khomeini, sebetulnya berada di daerah pemakaman umum. Tempat itu adalah tempat pertama kali Imam Khomeini berpidato sekembalinya dari Prancis. Saat itu, pidatonya dihadiri sekitar 2,5 juta penduduk Iran. Di situ, ia pertama kali datang dari pengasingan dan di situ pula ia dimakamkan. Rencananya, kompleks pemakaman ini akan dilengkapi masjid, universitas, perpustakaan, dan fasilitas lainnya. Tapi, pembangunan belum rampung. Di halaman, ribuan orang dari luar kota berkumpul, menggelar tenda, dan memasak di lapangan.


Qom, Nathans, dan Kasyan

Di mata orang Indonesia, Iran identik dengan Qom. Kota tandus gersang itu adalah penghasil ulama besar di Iran, termasuk Imam Khomeini. Juga salah satu penghasil karpet terbaik di Iran. Pada musim panas, Qom terlihat makin putih. Kami harus berganti dengan bus lokal (bus sekolah) untuk menjangkau Qom.


Sayang, karena kami datang pada hari Jumat, kami hanya sempat memasuki halaman masjid di mana terdapat makam Fatimah al Maksumiyeh, puteri Imam Musa Kazim yang meninggal karena sakit dalam perjalanan menjumpai kakaknya Imam Ridha. Untuk memasuki kompleks, saya dipinjamkan chador, sejenis kain panjang yang dipakai dari kepala hingga kaki. Di Iran, chador wajib dikenakan jika kita mengunjungi tempat khusus.


Dari Qom kami menuju Kasyan. Di kota kecil ini, terdapat madrasah dan masjid yang dibangun untuk mengenang jasa Maulana Malik Ibrahim Kasyan yang pergi berdakwah dan meninggal di Asia Tenggara. Masjid ini sekarang menjadi Madrasah Agabozorgh. Kami sempat mengait-ngaitkan apakah Maulana Malik yang disebut ini adalah ulama yang masuk lewat Aceh dan menyebarkan Islam ke Indonesia.


Dari Kasyan, kami menuju Nathans, sebuah masjid tempat belajar para wali dengan guru Sheikh Abdussamad. Masjid yang dibangun dengan kubah kerucut bukan bulat ini dialiri sungai di bawah tanah. Airnya menyembul ke permukaan tepat di tengah masjid dan digunakan untuk wudhu. Di sungai itu juga terdapat ikan khusus. Keberadaan ikan menjadi inspirasi ornamen keramik buatan seniman lokal dan keturunannya. Di masjid itu, kami disuguhi warisan berupa perpaduan seni, matematika, dan kehidupan sufistik. siti darojah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar